LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN : “Sifat Resistensi dan Pertumbuhan Bacillus cereus dan Bacillus thuringiensis terhadap logam merkuri (Hg) dan Krom (Cr)”
LAPORAN
PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI
LINGKUNGAN
“Sifat
Resistensi dan Pertumbuhan Bacillus cereus
dan Bacillus thuringiensis terhadap
logam merkuri (Hg) dan Krom (Cr)”
Disusun
Oleh
Hilyadi
Edstiv Bagayo H1041131009
Jurusan
Biologi
Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas
Tanjungpura
Pontianak
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mikroorganisme yang berada di sekitar
kita bermacam-macam ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan bagi makhluk
hidup, khususnya pada manusia.Mikroorganisme misalnya bakteri ada yang bersifat
patogen dan non patogen.Bakteri patogen adalah bakteri yang dapat menyebabkan
penyakit tertentu, sedangkan bakteri non patogen adalah bakteri yang tidak
menyebabkan penyakit.Adanya bakteri patogen membuat peneliti mulai
mengembangkan pengetahuan mengenai resistensi suatu bakteri dan menemukan zat
antimikrobia yang kemudian memudahkan manusia untuk mengendalikan pertumbuhan
suatu bakteri (Novillia, 2008).
Peningkatan aktivitas
industri menyebabkan masalah
polusi lingkungan
semakin tidak terkendali dan salah
satu pencemaran ekosistem
adalah akumulasi polutan
seperti logam berat (Tirado
et al., 2012).
Logam berat dihasilkan
dari buangan berbagai
macam industry seperti elektroplating, tekstil,
baterai, pupuk, manufaktur
plastik dan pertambangan.
Logam berat bersifat persisten
di di lingkungan
karena tidak dapat
didegradasi. Polusi logam
berat merupakan masalah yang sangat penting karena efek toksik dan dapat
terakumulasi melalui rantai
makanan, menimbulkan masalah
ekologi dan kesehatan
lingkungan yang serius (Ozdemir et al., 2009) Namun disisi
lain beberapa logam berat tidak memiliki peran secara biologis dan berbahaya pada konsentrasi
yang sangat rendah,
logam tersebut antara
lain Hg, Cd dan
Pb (Gil et
al., 2007).
Bacillus
adalah bakteri yang melimpah di alam, dapat diisolasi dari udara, tanah, air
tawar atau asin, baik di lingkungan normal ataupun ekstrim seperti tercemar
logam berat (Kim et al., 2011; Nevado et al., 2010). Genera Bacillus memiliki beberapa manfaat
diantaranya untuk produksi enzim, antibiotik, pelarut, dan insektisida alami
pada tanaman (Ouattara et al., 2011; Wu et al., 2006). Sebaliknya, ada juga Bacillus yang bersifat patogen bagi
manusia dan hewan yaitu B. anthracis (Abee et al., 2011). Kemampuan
Bacillus yang beragam salah satunya
resisten logam berat dapat dikembangkan lebih lanjut untuk tujuan bioremediasi
namun perlu diketahui terlebih dahulu bagaimanakah resistensi anggota genera Bacillus terhadap logam berat Hg, dan Cr.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas
maka didapatkan rumusan masalah pada percobaan kali ini adalah sebagai berikut:
a.
Apakah logam berat (Hg dan Cr) berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
kemampuan hidup B.
cereus dan B. thuringiensis ?
b.
Apakah bakteri B. cereus dan B. thuringiensis mempunyai sifat resistensi
terhadap Hg dan Cr ?
1.3.
Tujuan
Berdasarkan Rumusan Masalah diatas maka tujuan
diadakan praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
a. Mengatahui pengaruh
logam berat Hg dan Crom terhadap pertumbuhan dan
kemampuan hidup B. cereus dan B. thuringiensis.
b. Membuktikan apakah
bakteri B. cereus dan B. thuringiensis mempunyai sifat
resistensi terhadap Hg
dan Cr.
1.4.
Manfaat
Manfaat
dilakukan praktikum mengenai Sifat Resistensi dan Pertumbuhan Bacillus cereus dan Bacillus thuringiensis terhadap logam merkuri (Hg) dan Krom (Cr)
ini adalah untuk menguji apakah logam berat mempunyai pengaruh terhadap
pertumbuhan mikroba uji dan menguji apakah Bakteri
B. cereus dan B. thuringiensis
mempunyai kemampuan Bioremediasi terhadap Cu dan Hg.
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Logam Berat
Logam
berat berfungsi sebagai antimikroba oleh karena dapat mempresipitasikan enzim -
enzim atau protein esensial dalam sel. Logam-logam berat yang umum dipakai
adalah Hg, Ag, As, Zr dan Cu. Daya antimikroba dari logam berat, dimana pada
konsentrasi yang kecil saja dapat membunuh mikroba dinamakan daya oligodinamik.
Tetapi garam dari logam berat ini mudah merusak kulit, merusak alat - alat yang
terbuat dari logam, dan harganya mahal (Dwidjoseputro, 2005).
2.2.
Merkuri
Merkuri
dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama air raksa, mempunyai nama kimia
hydragyrum yang berarti perak cair. Merkuri dilambangkan dengan Hg. Pada tabel
unsur-unsur kimia menempati urutan (NA) 80 dan mempunyai bobot atom (BA
200,59). Merkuri telah dikenal manusia sejak manusia mengenal peredaban (Palar,
2008).
2.2.1.
Karakteristik merkuri
Kebanyakan
merkuri di alam merupakan gabungan antar elemen alam dan elemen yang bersumber
kepada kegiatan manusia, jarang dalam bentuk terpisah. Di alam merkuri tersebar
di karang-karang, tanah, udara, air dan organisma hidup melalui proses fisik,
kimia, biologi yang kompleks. Penggunaan merkuri sangat luas dalam berbagai
bidang baik industri, pertanian, pendidikan, dan sebagainya. Merkuri mempunyai
sifat:
a.
Merupakan satu satunya logam yang berbentuk cair pada suhu kamar, dan mempunyai
titik beku terendah dari semua logam.
b. Mempunyai vatalitas tinggi.
c. Memiliki tahanan listrik terendah dari
semua logam sehingga merupakan konduktor terbaik.
d.
Banyak logam dapat larut dalam merkuri membentuk komponen yang disebut amalgam
alloy).
e. Semua komponennya mempunyai sifat racun
terhadap semua mahluk hidup. Merkuri (Hg) berbentuk cair keperakan pada suhu
kamar.
Merkuri membentuk berbagai persenyawaan baik
anorganik (seperti oksida, klorida, dan nitrat) maupun organik. Merkuri dapat
menjadi senyawa anorganik melalui oksidasi dan kembali menjadi unsur merkuri
(Hg) melalui reduksi. Merkuri anorganik menjadi merkuri organik melalui kerja
bakteri anaerobic tertentu dan senyawa ini secara lambat berdegredasi menjadi
merkuri anorganik (Subanri, 2008).
Logam merkuri
(Hg), mempunyai nama kimia hydragyrum yang berarti cair. Logam merkuri
dilambangkan dengan Hg. Pada periodika unsur kimia Hg menempati urutan (NA) 80
dan mempunyai massa atom (Ar 200,59). Merkuri telah dikenal manusia sejak
manusia mengenal peradaban. Logam ini dihasilkan dari bijih sinabar, HgS, yang
mengandung unsur merkuri antara 0,1% - 4%.
HgS + O2 Hg + SO2
Merkuri yang
telah dilepaskan kemudian dikondensasi, sehingga diperoleh logam cair murni.
Logam cair inilah yang kemudian digunakan oleh manusia untuk bermacam-macam
keperluan (Subanri, 2008).
2.3.
Resistensi Mikroba terhadap logam berat
Resistensi
bakteri terhadap logam merkuri dapat melalui mekanisme biosorbsi dan
biakumulasi. Mekanisme biosorpsi merupakan proses pasif, sehingga logam tidak
meracuni sel bakteri. Sedangkan mekanisme bioakumulasi merupakan proses aktif
dimana logam berat dapat meracuni sel bakteri (Chojnacka, 2010 dalam sholikah
dan Kuswytasari).
Bakteri
resisten merkuri terdistribusi secara luas di alam yang terdiri dari bakteri
gram positif dan gram negatif. Beberapa contoh bakteri resisten merkuri gram
negatif adalah Serattia marcescens, Klebsiella Sp., Thiobaccilus ferooxidans,
Aleabigenes euthropus, Acinetobacterium erwina dan bakteri gram positif yaitu :
Staphylocuccus aureus, Group B streptococcus, Streptomyces sp., Bacillus sp., dan Mycobacterium
scofulaceum. Diantara strain bakteri yang resiten terhadap merkuri inorganic,
kurang lebih 10-30% juga toleran terhadap senyawa organomerkuri (Barkay, 1992).
Menurut
Liebert 1999 (dalam Nofiani dan Guzrisal, 2004) model mekanisme resisten
merkuri bakteri gram negatif adalah sebagai berikut Hg (II) yang masuk
periplasma terikat ke pasangan residu sistein MerP. Selanjutnya MerP
mentransfer Hg (II) ke residu sistein MerT atau MerC. Akhirnya ion Hg
menyeberang membran sitoplasma melalui proses reaksi pertukaran ligan menuju
sisi aktif flavin disulfide oksidoreduktase, merkuri reduktase (MerA). Merkuri
reduktase mengkatalisis reduksi Hg (II) menjadi Hg (0) volatil dan sedikit
reaktif. Akhirnya Hg (0) berdifusi dilingkungan sel untuk selanjutnya
dikeluarkan dari sel. Bakteri yang hanya memiliki protein merkuri reduktase
(MerA) disebut dengan bakteri resisten merkuri spektrum sempit. Beberapa
bakteri selain memiliki protein merkuri reduktase (MerA) juga memiliki protein
organomerkuri liase MerB). MerB berfungsi dalam mengkatalisis pemutusan ikatan
merkuri- karbon sehingga dihasilkan senyawa organik dan ion Hg yang berupa
garam tiol. Bakteri yang memiliki kedua protein merkuri reduktase (MerA) dan
organomerkuri liase (MerB) disebut dengan bakteri resisten merkuri spektrum
luas. Selain itu mekanisme resistensi bakteri adalah bioadsorpsi. Bioadsorpsi
diantaranya dengan pembentukan polisakarida kompleks, pertukaran ion dan ikatan
ligan (Srinath et al, 2002 dalam Barkay, 2003).
Beberapa anggota species Bakteri mampu
menghasilkan eksopolimer yang terdiri dari polisakarida, protein, asam organik,
asam nukleat dan lipid. Beberapa gugus fungsional yang mampu melakukan
pertukaran ion dan pembentukan kompleks dengan logam termasuk merkuri adalah
karboksil, amino, karbonil dan hidroksil. Bacillus
subtilis merupakan salah satu species yang telah diketahui mampu melalukukan
proses bioadsorpsi terhadap ion merkuri (Hg 2+ ) dengan adanya eksopolimer poli
asam glutamat (Inbaraj et al., 2009 dalam Barkay 2003).
2.4. Bakteri genus Bacillus
Bacillus sp merupakan bakteri Gram
positif, berbentuk batang, dapat tumbuh pada kondisi aerob dan anaerob. Sporanya
tahan terhadap panas (suhu tinggi), mampu mendegradasi Xylandan karbohidrat
(Cowandan Stell’s, 1973). Bacillus
spp mempunyai sifat: (1) mampu tumbuh pada suhu lebih dari 50 oC dan suhu
kurang dari 5 oC, (2) mampu bertahan terhadap pasteurisasi, (3) mampu tumbuh
pada konsentrasi garam tinggi (>10%), (4) mampu menghasilkan spora dan (5)
mempunyai daya proteolitik yang tinggi dibandingkan mikroba lainnya. Bacillus adalah salah satu genus bakteri
yang berbentuk batang dan merupakan anggota dari divisi Firmicutes. Bacillus merupakan bakteri yang bersifat
aerob obligat atau fakultatif, dan positif terhadap uji enzim katalase. Bacillus secara alami terdapat
dimana-mana, dan termasuk spesies yang hidup bebas atau bersifat patogen.
Beberapa spesies Bacillus menghasilkan
enzim ekstraseluler seperti protease, lipase, amilase, dan selulase yang bisa
membantu pencernaan dalam tubuh hewan (Wongsa dan Werukhamkul, 2007).
Jenis
Bacillus (B. cereus, B. clausii dan B. pumilus) termasuk dalam lima produk
probiotik komersil terdiri dari spora bakteri yang telah dikarakterisasi dan
berpotensi untuk kolonisasi, immunostimulasi, dan aktivitas antimikrobanya (Duc
et al., 2004). Beberapa penelitian telah berhasil mengisolasi dan memurnikan
bakteriosin Bacillus sp. Gram positif
diantaranya yaitu subtilin yang dihasilkan oleh Bacillus subtilis (Kleinetal.1993), megacin yang dihasilkan oleh B.
megaterium (Tagg et al., 1976), coagulin dihasilkan oleh B. coagulans
(Hyronimus, 1998), cerein dihasilkan oleh B. cereus (Oscariz dan Pisabarro, 2000), dan tochicin yang dihasilkan
oleh B. thuringiensis (Paik et al.,
1997).
2.4.1.
Bacillus Cereus
Bacillus
cereus merupakan golongan bakteri
Gram-positif (bakteri yang mempertahankan zat warna kristal violet sewaktu
proses pewarnaan Gram), aerob fakultatif (dapat menggunakan oksigen tetapi
dapat juga menghasilkan energi secara anaerobik), dan dapat membentuk spora
(endospora). Spora Bacillus cereus lebih tahan pada panas kering
daripada pada panas lembab dan dapat bertahan lama pada produk yang kering.
Selnya berbentuk batang besar (Bacillus)
dan sporanya tidak membengkakkan sporangiumnya.
Sifat-sifat
dan karakteristik-karakteristik lainnya, termasuk sifat-sifat biokimia,
digunakan untuk membedakan dan menentukan keberadaan Bacillus cereus, walaupun
sifat-sifat ini juga dimiliki oleh Bacillus
cereus var. mycoides, Bacillus thuringiensis dan Bacillus
anthracis. Organisme-organisme ini dapat dibedakan berdasarkan pada motilitas /
gerakan (kebanyakan Bacillus cereus motil / dapat bergerak),
keberadaan kristal racun (pada Bacillus
thuringiensis ), kemampuan untuk
menghancurkan sel darah merah (aktivitas hemolytic) (Bacillus cereus dan
lainnya bersifat beta haemolytic sementara Bacillus
anthracis tidak bersifat hemolytic), dan pertumbuhan rhizoid (struktur seperti
akar), yang merupakan sifat khas dari Bacillus
cereus var. mycoides .
2.4.2. Bacillus Thuringiensis
Bacillus
thuringiensis adalah
bakterigram-positif, berbentuk batang, yang tersebar secara luas di berbagai negara.
Bakteri ini termasuk patogenfakultatif dan dapat hidup di daun tanaman konifer
maupun pada tanah. Apabila kondisi lingkungan tidak menguntungkan maka bakteri
ini akan membentuk fase sporulasi. Saat sporulasi terjadi, tubuhnya akan
terdiri dari proteinCry yang termasuk ke dalam protein kristal kelas endotoksin
delta. Apabila serangga memakan toksin tersebut maka serangga tersebut dapat
mati. Oleh karena itu, protein atau toksin Cry dapat dimanfaatkan sebagai
pestisida alami.
Bacillus
thuringiensisditemukan pertama kali
pada tahun 1911 sebagai patogen pada ngengat (flour moth) dari Provinsi
Thuringia, Jerman. Bakteri ini digunakan sebagai produk insektisida komersial
pertama kali pada tahun 1938 di Perancis dan kemudian di Amerika Serikat
(1950). Pada tahun 1960-an, produk tersebut telah digantikan dengan galur
bakteri yang lebih patogen dan efektif melawan berbagai jenis
insekta.Keberadaan inklusi paraspora dalam Bacillus
thuringiensis telah ditemukan sejak
tahun 1915, namun komposisi protein penyusunnya baru diketahui pada tahun 1915.
Pada tahun 1953, Hannay, mendeteksi struktur kristal pada inklusi paraspora
yang mengandung lebih dari satu macam protein kristal insektisida (insecticidal
crystal protein, ICP) atau disebut juga delta endotoksin. Berdasarkan komposisi
ICP penyusunnya, kristal tersebut dapat membentuk bipimiramida, kuboid, romdoid
datar, atau campuran dari beberapa tipe kristal.
Berbagai
macam spesies Bacillus thuringiensistelah diisolasi dari
serangga golongan koleoptera, diptera, dan lepidoptera, baik yang sudah mati
ataupun dalam kondisi sekarat. Bangkai serangga sering mengandung spora dan ICP
Bacillus thuringiensisdalam jumlah besar. Sebagian subspesies juga
didapatkan dari tanah, permukaan daun, dan habitat lainnya. Pada lingkungan
dengan kondisi yang baik dan nutrisi yang cukup, spora bakteri ini dapat terus
hidup dan melanjutkan pertumbuhan vegetatifnya.Bacillus thuringiensis
dapat ditemukan pada berbagai jenis tanaman, termasuk sayuran, kapas, tembakau,
dan tanaman hutan.
BAB III
METODE KERJA
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum mengenai Sifat Resistensi dan Pertumbuhan Bacillus cereus dan Bacillus thuringiensis terhadap logam merkuri (Hg) dan Krom
(Cr) ini dilakukan dilakukan pada hari
sabtu 23-24 juni 2016, Pada tanggal 23 juni dilakukan pukul 09.30-16.00 WIB
sedangkan pada tanggal 24 juni dilakukan pada pukul 09.30-11.00 WIB semua
tahapan praktikum dilakukan di laboratorium Mikrobiologi program Studi Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura
Pontianak.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat-alat
yang digunakan pada praktikum kali ini antara lain : Alat tulis, Botol sampel,
Bunsen burner, Cawan petri, Erlenmeyer, Gelas ukur 50 ml, Hot stir plate,
Incubator, Jarum ose, Kamera, Lampu UV, Mikropipet, Pipet ukur Spektrofotometer,
dan Tabung reaksi
3.2.2. Bahan
Alkohol
70%, Bakteri Bacillus cereus, Bakteri
Bacillus thuringiensis Kertas cakram,
Mc Farlan 0.5, Medium Luria Bertani broth, Medium nutrient agar Spiritus.
3.3. Cara Kerja
3.3.1. Penentuan konsentrasi hambat
minimum (Sifat resisten) B. cereus
dan B. thuringiensis terhadap larutan
HgCl2
Satu loop ose dari biakan bakteri resisten merkuri
diprekultur kembali pada medium NA dengan metode goresan kemudian diinkubasi
selama 24 jam pada suhu 32oC. Setelah 24 jam, isolat yang telah diprekultur
diambil beberapa loop untuk diencerkan kemudian disesuaikan dengan larutan
McFarland Standart 0.5 (1,5 × 108 CFU/ml). Suspensi inokulum tersebut diambil
sebanyak 0,1 ml kemudian diinokulasikan ke cawan petri yang berisi 20 ml medium
NA steril baru yang telah memadat dengan metode swabbing. Selanjutnya, cakram
(disc) yang telah direndam ke dalam larutan pada berbagai variasi konsentrasi HgCl2
diletakkan secara aseptis pada permukaan media dengan inokulum kemudian
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 32oC. Setelah 24 jam kemudian diukur zona
bening yang terbentuk. Diameter zona bening yang lebih dari 8 mm dikategorikan
sensitif terhadap HgCl2 (Noor et al., 2012).
3.3.2. Pola pertumbuhan B. cereus dan B. thuringiensis terhadap larutan
HgCl2
Pola pertumbuhan bakteri B.cereus dan B. thuringiensis
yang diintroduksi dengan larutan HgCl2 diamati dengan metode kultivasi pada
kultur cair. Sebanyak 1 ml suspensi bakteri B.cereus dan B. thuringiensis
yang telah dilakukan standarisasi dengan larutan Mc Farland 0,5 ke dalam 100 ml
medium Luria Bertani Broth. Inokulasi dilakukan pada dua medium yaitu LBB tanpa
dan LBB dengan 10 ppm HgCl2. Erlenmeyer kemudian diinkubasi di atas shaker
dengan kecpatan 120 rpm. Setiap jam ke-0, 4, 8, 24, 32 diukur OD (optical
density) dari masing-masing larutan medium dengan menggunakan spektrofotometer
pada panjang gelombang 660 nm (Blanko=LBB steril). Dicatat nilai OD kemudian
diinterpretasikan dalam bentuk grafik. Amati perbedaan pola pertumbuhan antara
LBB tanpa dan dengan 10 ppm HgCl2.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Hasil yang didapat setelah di lakukan praktikum pada
kali ini adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Tabel pengamatan Angka Lempeng Total setiap
kelompok.
Jam ke-
|
HgCl2
|
Nilai OD
|
09.30
13.00
16.00
09.00
|
1 ml
10 ml
1 ml
10 ml
1 ml
10 ml
1 ml
10 ml
|
0,456
0,408
0,181
0,408
0,155
0,278
1,175
0,028
|
4.2.
Pembahasan.
Viabilitas merupakan tingkat ketahanan dan kemampuan
hidup dari suatu organisme pada lingkungan yang baru (Sobariah, 2007). Bakteri
dalam aktivitasnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan yang terbagi
menjadi dua bagian, yaitu faktor abiotik meliputi kimia dan fisika serta faktor
biotik yang berhubungan dengan makhluk hidup lain. Faktor fisika mencakup suhu,
salinitas, tekanan osmotik, pengeringan, dan lain-lain. Sedangkan Faktor kimia
mencakup pH, ammonia, bahan anti mikroba dan nilai Optical Density (OD).
Nilai Optical Density mikroba B. cereus terhadap merkuri menggunakan 2 perlakuan yaitu dengan
konsentrasi 1 ml dan 10 ml, setelah dilakukan pengukuran terhadap nilai OD
selama waktu-waktu pengamatan terjadi perrubahan terhadap kadar HgCl2 dalam
medium pertcobaan yang dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Berdasarkan grafik diatas menunjukan
bahwa kadar HgCl2 yang berkonsentrasi 1 ml mengalami penurunan selama kurun
waktu 2 pengamatan yaitu pada pengamatan pukul 13.00 dan 16.00 tetapi kemudian
OD dalam media meningkat melebihi nilai 1 yang menunjukan bahwa viabilitas
selnya meningkat dan berpotensi resisten terhadap senyawa kimia HgCl2. Namun
untuk perlakuan kedua yaitu konsentrasi 10 ml didapatkan hasil nilai OD semakin
menurun selama kurun waktu pengamatan awal yaitu 09.30 nilai OD 0,408 pengamatan kedua yaitu pada waktu 13.00
masih mempunyai nilai OD 0,0408 kemudian menurun pada pengamatan pada jam 16.00
dengan nilai OD 0,278, dan terakhir pada pengamatan jam ke 09.00 nilai OD
semakin menurun yaitu sebesar 0,028 hal ini menunjukan bahwa bakteri B. Cereus dan B. thuringiensis ketika di papar senyawa kimia dengan konsentrasi
tinggi akan mengalami kematian dan terganggu viabilitasnya.
Menurut Effendi (2008), viabilitas
bakteri berhubungan erat dengan kondisi fisiologis sel bakteri seperti
keberadaan gen mer operon dan jumlah plasmid untuk resistensi merkuri,
ketersediaan nutrisi yang dibutuhkan seperti sumber oksigen, karbon, atau
nitrogen untuk menunjang metabolisme, serta faktor lingkungan di luar bakteri
seperti pH, tekanan osmotik, serta keberadaan logam berat. Berdasarkan data
bioakumulasi dan viabilitas genera Bacillus,Resistensi
bakteri terhadap logam merkuri dapat melalui mekanisme biosorbsi dan
biakumulasi. Mekanisme biosorpsi merupakan proses pasif, sehingga logam tidak
meracuni sel bakteri. Sedangkan mekanisme bioakumulasi merupakan proses aktif
dimana logam berat dapat meracuni sel bakteri (Chojnacka, 2010). Menurut Iyer
et al (2005), mekanisme biosorbsi berhubungan dengan adanya eksopolisakarida
(EPS) pada dinding sel bakteri yang berfungsi sebagai pengkelat logam berat di
permukaan sel. Molekul kompleks pada dinding sel bakteri terdiri dari
peptidoglikan yang tersusun oleh molekul-molekul yang lebih sederhana antara
lain fosforil, karboksil, dan asam amino yang mempunyai muatan negatif, muatan
negatif akan berinteraksi dengan ion atau molekul yang bermuatan positif di
lingkungan luarnya sehingga berbentuk ikatan ligan. Ion logam bermuatan
positif, sehingga secara elektrostatik akan terikat pada permukaan sel (Langley
& Baveridge, 1999). Interaksi antara ion logam dan dinding sel bakteri Gram
positif terutama Bacillus sp.,
menunjukkan adanya peranan gugus karboksil pada peptidoglikan dan gugus
fosforil pada polimer sekunder asam teikoat dan teikuronat (Loyd, 2002).
Mekanisme bioakumulasi berhubungan
dengan adanya gen operon yang mengatur resistensi bakteri terhadap logam.
Bakteri resisten merkuri mempunyai gen mer operon untuk mekanisme resistensi
terhadap merkuri. Gen mer operon terdiri dari gen metaloregulator (merR), gen
transpor merkuri (merT, merP, merC), gen yang menyandi enzim merkuri reduktase
(merA) dan gen yang menyandi enzim organomerkuri liase (merB) (Brown et al.,
2002). Proses resistensi bakteri terhadap merkuri ion (Hg2+) melalui reaksi
ikatan ligan dan reaksi enzimatis yang dapat mereduksi Hg2+ menjadi Hg0
volatil, sehingga Hg2+ tidak akan meracuni sel bakteri (Nascimento &
Chartone-Souza, 2003)
Hasil percobaan menunjukan bahawa
mikroba B. cereus dan B. Thuringiensis mempunyai potensi sebagai
agensia bioremediasi pencemaran merkuri karena dapat tumbuh dalam kadar HgCl2 1
ml dan dapat melakukan akumulasi terhadap HgCl2.
\
BAB
V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Setelah dilakukan percobaan mengenai metode Sifat
Resistensi dan Pertumbuhan Bacillus cereus dan Bacillus thuringiensis
terhadap logam merkuri (Hg) dan Krom (Cr) ini maka didapatkan beberapa
kesimpulan yaitu :
a.
Mikroba B. cereus dan B. thuringiensis mempunyai kemampuan untuk
tumbuh dan viabilitasnya tinggi bila di papar dalam kadar yang masih dapat di
tolerir oleh sel dalam perlakuan 1 ml sehingga dapat bersifat resisten dan
dapat berfungsi sebagai bioakumulasi. viabilitas sel Mikroba B. cereus dan B. thuringiensis menurun bila diberikan perlakuan kadar HgCl yang
tinggi (10 ml) viabilitas sel akan semakin menurun dalam kurun waktu pengamatan
24 jam dari nilai semula 0,480 menjadi 0,028.
b.
Mikroba Mikroba B. cereus dan B. thuringiensis mempunyai potensi sebagai
agen bioremediasi pada perlakuan 1 ml HgCl2 mempunyai viabilitas yang awal
menurun kemudian akan semakin meningkat yang diduga mempunyai kemampuan
resisten terhadap senyawa kimia HgCl2
5.2. Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya ialah agar dilakukan
uji menggunakan mikroba lain misalnya Pseudomonas, dan E. coli.
DAFTAR PUSTAKA
Abee, T.,
Groot, M.N., Tempelaars,
M., Zwietering, M.,
Moezelaar,
R., and
Voort, M.V. (2011). Germination
and outgrowth of
spores of Bacillus
cereus group members: Diversity and role of germinant
receptors. Food Microbiology, 28: 199 – 208.
Barkay,
T. The mercury cycle. 1992. Encyclopedia of Microbiology. Vol. 3 p. 65-74.
Brown,
N., Shih, Y., Leang, C., Glendinning, K., Hobman, J., Wilson,J. 2002.
Mercury
transport and resistance. International biometals Symposium
Chojnacka,
K. 2010. Biosorption and bioaccumulation, the prospects for
practical
applications. Environment International. 36: 299 - 307.
Cowan
dan Steel’s. 1973. Manual for Identification of Medical Bacteria. Second
Ed.
Cambridge Univ. Press.
Duc
LH, Hong HA, Barbosa TM, Henriques AO, Cutting SM. 2004.
Characterization
of Bacillus probiotics available for human use. J Appl Environ Microbiol 70(4):
2161–2171
Dwijoeseputro.
2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta.
ffendi,
M. 2008. Faktor Lingkungan Mikroba- Agroindustri Produk Fermentasi.
Universitas
Brawijaya: Malang
Gill,
B.G., A. Roque and F.J. Turnbull. 2000. The use and selection of probiotic
bacteria
for use in the culture of larval aquatic organisms. Journal of aquaculture.
259-270
Hyronimus
B, Le Marrec C, Urdaci MC.1998. Coagulin, a bacteriocin-like
inhibitory
substance produced by Bacillus coagulans I4. J Appl Microbiol.
Inbaraj
et al., 2009 dalam Barkay 2003)
Iyer,
A., Mody, K. & Jha, B. 2005. Biosorption of heavy metals by a marine
bacterium.
Marine Pollution Bulletin. 50: 340 – 343
Kim,
J.B., Park, J.K., Kim, M.S., Hong, S.C., Park, J.H. and Hwan, D. (2011).
Genetic
diversity of emetic/toxin producing
Bacillus cereus Korean
strains. International Journal of Food Microbiology,
150: 66 - 72
Nevado,
J.B., Doimeadios, R.M., Bernardo, G., Moreno, J., Herculano, A.M.,
Nascimento
D. and
López, C. 2010 . Mercury in the
Tapajós River basin, Brazilian Amazon: A review. Environment
International, 36: 593 – 608.
Klein,
J., Saedler, H., and Huijser, P. (1996). A new family of DNA binding
proteins
includes putative transcriptional regulators of the Robinson-Beers, K., Pruitt,
R.E., and Gasser, C.S. (1992). Ovule development in wild-type Arabidopsis and
two female-sterile mu- Antirrhinum majus floral meristem identity gene
SQUAMOSA. Mol. Gen. Genet. 250, 7–16
Langley
S, Beveridge TJ. 1999. Effect of O-side-chain-lipopolysaccharide
chemistry
on metal binding. Appl Environ Microbiol 65:489-498.
Loyd
JR. 2002. Bioremediation of metals, the application of microorganisms that
make
and break minerals. Microbiol Today 29:67-69.Nascimento & Chartone-Souza,
2003
Novilia,
2008. Artikel Ilmiah Penelitian Mikroba. Gramedia
Oscariz
JC, Pisabarro AG (2000). Characterization and mechanism of action of
cerein
7, a bacteriocin produced by Bacillus cereus Bc7. J. Appl. Microbiol. 89:
361-369
Ouattara,
H.G., Reverchon, S., Niamke, S. and Nasser, W. (2011). Molecular
identification
and pectate lyase production by Bacillus strains involved in cocoa
fermentation. Food Microbiology, 28: 1 – 8.
Özdemir
S, Kilinc E, Poli A, Nicolaus B, Güven K (2009) Biosorption of Cd,
Cu,
Ni, Mn and Zn from aqueous solutions by thermophilic bacteria, Geobacillus
toebii subsp. decanicus and Geobacillus thermoleovorans subsp. stromboliensis:
equilibrium, kinetic and thermodynamic studies. Chem Eng J 152:195–206
Paik
HD, Bae SS, Park SH, Pan JG (1997). Identification and partial characterization
of tochicin, a bacteriocin produced by Bacillus thuringiensis subsp
tochigiensis. J. Ind. Microb. B. 19: 294-298
Palar,
Heryando. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta, Jakarta
Sobariah,
E. 2007. Viabilitas Bakteri Probiotik In Vitro dan Pengaruh Pemberian
Air
Beroksigen terhadap Viabilitas Bakteri Probiotik secara In Vivo. Tesis Pasca
Sarjana IPB-Bogor.
Srinath,
T., T. Verma, P.W. Ramteke and S.K. Garg .2002. : Chromium (VI) biososrption
and bioaccumulation by chromate resistant bacteria. Chemosphere, 48, 427-435.
Subanri,
2008. Kajian Beban Pencemaran Merkuri (Hg) Terhadap Air Sungai
Menyuke
dan Gangguan Kesehatan pada Penambang Sebagai Akibat Penambangan Emas Tanpa
Izin (Peti) di Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak, Kalimantan Barat. Proposal
Tesis.
Tagg
JR, Dajani AS, Wannamaker LW 1976. Bacteriocins of Gram-positive
bacteria.
Bacteriology Reviews 40, 722-756.
Tirado
F, Carazo JM, Montano A (2006) Biclustering of gene expression data by
Non-smooth
Non-negative Matrix Factorization. BMC Bioin formatics 7: 78
Wongsa,
P. and P. Werukhamkul. 2007. Product Development and Technical
Service,
Biosolution International. Thailand : Bangkadi Industrial Park 134/4.
Comments
Post a Comment
Kalau ada yang mau ditanyakan atau didiskusikan silahkan tulis di kolom komentar.. salam...