Contoh Jurnal Pembuatan Larutan

I.                    Judul             : Pembuatan Larutan
II.                  Tujuan          :
a.       Membuat larutan dari padatan dan dari larutan yang pekat.
b.      Menentukan konsentrasi larutan dengan beberapa satuan.
c.       Mengetahui cara penentuan sifat pelarutan suatu senyawa.
d.      Praktikan bisa membuat larutan dengan konsentrasi tertentu dengan benar.
e.      Mengetahui cara pembuatan larutan dari zat cair dan padatan.
f.        Belajar membedakan larutan endoterm dan larutan eksoterm.

III.                Prinsip percobaan
Pembuatan larutan baku NaoH dan Hcl dengan konsentrasi tertentu dilakukan dengan melarutkan homogen NaoH / Hcl kedalam pelarut akuades.
Pembakuan Naoh dengan menggunakan larutan baku sekunder asam klorida.
Di titrasi dengan NaoH 0,1 N dengan menggunakan indicator  PP hingga terjadi titik akhir.
Pembakuan Hcl dengan menggunakan larutan baku sekunder  NaoH di titrasi dengan Hcl
 0,1 N dengan menggunakan indikator PP hingga terjadi titik akhir.


IV.                Dasar Teori
Larutan di definisikan sebagai campuran dua zat atau lebih yang membentuk satu macam fasa (homogen) dan sifat kimia setiap zat yang membentuk larutan tidak berubah. Larutan homogen adalah larutan yang jika dicampurkan dengan pelarut akan terlarut dan menyatu menjadi satu larutan contohnya gula jika di larutkan dalam air. Sedangkan larutan heterogen adalah larutan yang jika di campurkan dengan air maka tidak akan menyatu.(chang,2004)

Ada dua komponen yang berhubungan dengan larutan yaitu zat pelarut dan zat terlarut. Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan media lain. Zat terlarut adalah komponen dari larutan yang memiiki jumlah larutan. Untuk menyatakan banyaknya zat terlarut dan pelarut  dikenal beberapa istilah konsentrasi. Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan beberapa cara : (Rahayu,2009)
a.       Molaritas
b.      Molalitas
c.       Fraksi mol
d.      Pengenceran (kartimi,2010)                                                                                                                                    tetapi masih ada beberapa cara lagi yang tidak dimasukan oleh kartimi yaitu PPM (part per million), %berat (W/W), %volume (%V/V), dan % berat per volume (W/V).
4.1. Molaritas
Molaritas (M) adalah perbandingan antara banyaknya zat terlarut dalam satu liter larutan. Rumusnya
M = Massa X 1000
           Mr          V
4.2. Molalitas   
Molalitas (m) adalah perbandingan antara zat terlarut dalam 1000 gram larutan. Dengan rumusnya :
m = massa zat terlarut X 1000       
        mr zat terlarut          Mpelarut
4.3. Fraksi mol
Fraksi mol adalah banyaknya perbandingan zat terlarut dengan mol larutan.
Rumus fraksi mol
X = mol zat terlarut . n1_______________
      Mol zat terlarut n1 + mol zat pelarut n2
4.4. Pengenceran
Pengenceran adalah penambahan pelarut sehingga jumlah mol zat terlarut sebelum pengenceran  sama dengan jumlah mol at sesudah pengenceran intinya ialah penyetaraan jumlah mol zat terlarut.
Rumusnya :
                       M1. V1 = M2. V2

Dimana         : M1 : molaritas larutan sebelum pelarutan.
                          M2 : molaritas larutan setelah pelarutan.
                           V1 : volume larutan sebelum pelarutan.
                           V2 : volume larutan setelah pelarutan.
4.5. PPM (part per million)
Ppm (part per million) adalah salah satu satuan konsentrasi yang menyatakan perbandingan sebagian dalam satu juta bagian yang lain.
Rumus ppm
Ppm : massa zat terlarut X 100
              Massa larutan
4.6. Persen berat
Persen berat adalah menyatakan jumlah berat zat terlarut dalam 100 gram larutan.
Rumusnya :
%W /W = Mzat terlarut X 100 %
                     Mlarutan
4.7. Persen volume
Persen volume adalah jumlah volume (ml) dari zat terlarut dalam 100 ml larutan.
Rumusnya :
%V/V = volume zat terlarut X 100 %
                 Volume larutan
4.8. Persen berat per volume
Persentase berat per volume adalah jumlah gram zat terlarut dalam tiap 100 ml larutan.
Rumusnya :
%W/V = massa zat terlarut X 100 %
                 Volume larutan


V.                  Metodologi
5.1. Alat dan bahan.
5.1.1 alat

1. gelas arloji
2. gelas beker
3. gelas ukur
4. pengaduk kaca.
5. pipet tetes.
6. Pipet ukur
7. Erlenmeyer
8. labu takar
9. buret
10. gelas ukur

5.1.2. bahan
       1. NaoH
       2. H2so   
       3. urea
       4. Hcl
       5. akuades
5.2 Analisis bahan
5.2.1. NaoH (anonym A,2013)
              Natrium hidroksida (NaoH) memiliki massa molar 39,9971 gr/mol. Densitas 2,1 gr/cm3. Bersifat padat, memiliki titik lebur 3180c atau 391 k dan titik didih 13900c atau 163 k kelarutan dalam air 111 gram/100ml (200c) dan bersifat basa kuat.
5.2.2. asam sulfat (H2so4) (anonym b,2013)
              Asam sulfat memiliki massa molar sebesar 98,08 g/mol, densitas 1,84 gr/cm3. Bertekstur cair, dan jika dicampur dengan air, tercampur didalam air dan memiliki sifat asam kuat.
Struktur atom asam sulfat
5.2.3. urea. (anonym c,2013)
              Urea memiliki titik lebur sebesar 132,7 0C atau 406 k dan titik didihnya 133,4 0C atau 4111 k dan larutannya bersifat non-elektrolit.
Strukturnya
5.2.4. hidrogen klorida (Hcl) (anonym d, 2013)
              Hydrogen klorida memiliki densitassebesar 1,18 gr/cm3 titik didih sebesar 110oC dan massa molar sebesar 35,46 gr/mol.
5.2.5. akuades (anonim e,2013)
              Massa molar akuades sebesar 18,0153 gr/mol. Densitas dan fase sebesar 0,998 gr/cm3 (cairan pada 20oC) untuk densitas dan fase 0,92 gr/cm3 (padatan). Titik leburnya 0oC atau (273,15 k) (32 f) dan titik didih 100oC atau 372,15 k dan 212 f.
Strukturnya :
5.3 prosedur kerja
5.3.1. pembuatan larutan NaoH
5.3.2. pembuatan larutan asam sulfat
5.3.3. pembuatan larutan urea
5.3.4. pembuatan larutan hcl
5.4. Rangkaian alat




VI.                Data pengamatan.
NO
Prosedur kerja dan perlakuan
Hasil pengamatan
6.1
Pembuatan larutan NaoH

6.1.1
Penimbangan sebanyak 1-2 butir Naoh dengan neraca analitik kemudian memasukan NaoH kedalam Gelas kimia lalu menambahkan akuades secukupnya dan mengaduk sehingga NaoH larut dalam akuades
Massa 2 butir naoh 0,4 gram setelah ditepatkan dengan akuades, dirasakan suhunya panas (eksoterm)
6.1.2
Larutan NaoH dipindahkan ke labu takar kemudian diencerkan dan dirasakan suhunya.
Ditambahkan 50 ml akuades suhunya berubah menjadi dingin atau (endoterm)
6.2
Pembuatan larutan H2SO4

6.2.1
Mengisi labu ukur dengan H2SO4dalam jumlah tertentu kemudian ditepatkan dengan akuades.
Massa kosong labu ukur 37,1 gr. Kemudian dimasukan akuades + H2SO4 kemudian di tepatkan
6.2.2
Mengatur suhu dan menimbang larutan H2SO4 yang terjadi
Perubahan Suhu yang terjadi ialah eksoterm 39oC massa akuades + H2SO86,6 gr
6.3
Pembuatan larutan urea

6.3.1
Mengambil dalam jumlah tertentu menimbang massa dan bobotnya
Mengambil padatan urea sebanyak 0,5 gr
6.3.2
Dilarutkan dengan akuades kedalam   gelas beker dan dirasakan perubahan suhunya kemudian dipindah kelabu ukur.
Suhunya dingin (endoterm)
6.3.3
Ditepatkan volumenya kemudian di kocok, ditimbang, dan dihitung konsentrasinya.
Sidapatkan konsentrasinya 86,6 gr
6.4
Pembuatan larutan hcl

6.4.1
Diambil dalam jumlah tertentu kemudian dimasukan kedalam labu ukur dan di encerkan
Larutan hcl di ambil 5 ml ditambahkan akuades kemudian di kocok hingga homogeny dan suhunya dingin (endoterm)
VII.              Daftar pustaka
Chang, R.2004.”kimia dasar” jilid II.erlangga : Jakarta.
Rahayu,I.2009.”praktis belajar kimia” visindo media persada : Jakarta.
Sunaryan.y,agus.s.2009.”mudah dan aktif belajar kimia”pusat penerbitan buku nasional :   
        Jakarta
Subagyo.e,kitti.s.1997.”kimia 2 kelas 2 smu” intan pariwara : klaten.
Scythe.t,hill.g.1991.”kimia dasar” alkemi grafisindo : bandung
Rusenberg.1992.”kimia”erlangga: Jakarta

 

Comments